Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

Malaikat Bersayap Pedang I

Gambar
Pasir, angin, karang, ombak, langit putih. "Kau, kau menginjakkan kaki di sini?!" "Kenapa?" "Bukankah katamu tempat ini sudah kau kutuk," "Ya, kenapa?" "Karena kau Malaikat, bukan lantas kau bisa suka-suka melanggar kutukan kan ?" "Aku tidak melanggar kutukan manapun," "Lalu kenapa kau ke sini?," "Lantas apa yang membawamu bertanya kenapa aku di sini. Bukankan kaupun bagian dari kutukanku," "Hahahha.. Apa maksudmu?" "Ya, tempat ini terkutuk karena janjimu. Janjimu pada tempat ini. Janji yang kau tanam di bawah bumi tempat ini," "Itu kan hanya janji, tidak mungkin itu penyebab lahirnya kutukan, kau terlalu berlebihan," "Yah, itu tidak akan menjadi kutukan bila janji itu tak kau tambal dengan janji dengan lain, yang mungkin kau tanam lagi di bawah bumi tempat ini," "Lalu kenapa? Kenapa kalau aku menanam banyak

Mayat

Gambar
Langkah pria itu mantap dengan semua senyuman di wajahnya. Aku bisa menundukkan dunia. Kau, kau, dan kau, cuma ilusi yang bermimpi menjatuhkanku. Girang pria itu jelas kelihatan hingga tawa dalam hatinya kedengaran. Ia tetap melangkah, melewati tubuh mati para korbannya. Di antara tumpukan mayat-mayat kaku, beku. Satu wajah, kusam, lusuh tanpa warna, memandang kosong dalam matinya. "Kenapa matamu tidak mati juga?" Sang pria risih. Ia mengambil pisau dan mencongkel mata si mati. Kedua bola mata itu menggelundung ke selokan busuk. Pria tidak peduli. Kini si mati tak memiliki mata lagi. Wajahnya kusam dan lusuh dengan mata bolong. Pandangannya semakin kosong. Kali ini beserta raut wajah menghakimi. Pria berang. Ia tidak ingin melihat raut itu pada wajah si mati. "Kalau mati ya mati saja. Kenapa kamu masih pongah wahai raga yang mati. Ketahuilah, kau akan segera membusuk dilumat tanah," Wajah si mati tanpa mata terlihat tersenyum. Puas.