Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Bumi Jurnalis

Gambar
Suasana Bumi Jurnalis Edisi: No Project Plan Malam ini, Senin (16/12) tidak ada proyeksi. Wartawan asyik dengan game dan web internetnya sementara redaktur bergelut dengan halaman mereka masing-masing. Jam segini biasanya ada yang namanya proyeksi atau project plan untuk berita besok. Namun hingga sekarang tidak ada tanda-tanda rapat akan dimulai. Saya sudah feeling there will be no project plan meeting tonight. Hmm.. Mulai mikir sana-sini siapa yang bisa jadi dewa penyelamat untuk menjemput ke apartemen (baca:kost) tercinta. Dalam hal ini, naluri wartawan kembali ditantang untuk membuat berita dengan ide sendiri bukan perintah dari Pak Korlip (Koordinator Liputan). Ini juga berlangsung di sejumlah hari belakangan ini, kita sebagai wartawan mencari sendiri berita, hunting, keliling-keliling Kota Medan. I've tried to reach my boy by phone but he said he couldn't pick me up. Yeah, jadi saya meminta tolong adek-adek saya yang bernama dek Jamalum sang ju

sajak pilihan untuk ksatria berpena

Ketika aku tulis kembali syair ini, rasa yang dulu itu bertubi-tubi kembali menerobos hati.. Ah,, kenapa malam dulu indah sekali? --- syair sepotong rembulan III Hai, suara jiwa yang sahut menyahut, melantunkan gurindam satu derita.. Satu irama memagut risau, mencumbu siksa.. Ahh.. Semakin dalam malamku.. ---

New Comer Journalist

Gambar
Tiga bulan sudah saya menjalani profesi baru sebagai seorang jurnalis magang. Banyak suka dan duka (banyakan dukanya sih..-red) yang menghampiri sejak dimulainya aktifitas liput meliput ini. Saya dituntut untuk melaporkan kegiatan, kejadian, kasus dan berita yang ada di sekitar saya. Sebagai seorang jurnalis tentunya ilmu yang dangkal dapat menghambat kualitas sebuah berita. Dari itu, saya mencoba tetap belajar. Tapi apa yang saya ingin pelajari itu rasanya sulit sekali, sebab sebagian besar ranah yang harus saya pelajari adalah hal yang saya tidak suka dan sama sekali saya dari dulu tidak tertarik. Namun, hari-hari diisi dengan sesuatu yang saya tidak mengerti dan harus saya paksakan untuk mengertinya tetap terjadi. Berkali-kali Pemimpin Redaksi (Pemred) saya mengatakan semua hal harus dipelajari baik yang disukai maupun tidak. "Wartawan itu harus belajar apa yang disukainya dan apa yang tidak disukainya. Wartawan harus tau semuanya," katanya. Hemm.. Let's do this

Ga Penting part.1

Sebuah malam di sekretariat Gemapala FIB USU.. Tadi malam itu adalah hari dimana berkumpulnya bandit-bandit Gemapala. Dari angkatan pendiri sampai ke angkatan kenlap-kenlap.. :D (saya masih kenlap juga koq..). Jadi, saya disuruh jadi notulen oleh abang pendiri. Dengan jabatan yang sangat terhormat itu jadilah saya harus stay di sekretariat sepanjang hari, menanti para tamu dan mencatat segala argumen dan saran mereka untuk kemajuan Gemapala yang tak seberapa itu. Malam sebelumnya saya sudah membuka calak untuk kembali pada dunia yang sudah lama saya hindari dan haramkan. Begadang! Dengan tenaga apa adanya diadakanlah rapat kecil yang entah apa namanya itu. Hingga malam kembali menjemput dan saya pun begadang lagi. Alhasil, pagi ini saya diteror kantuk yang mendahsyat bahana badar. Untungnya di kantor tidak ada sesiapa dan itu cukup ampuh membuat saya Pede menguasai sofa untuk tidur-tiduran..hehehehe.. Apapun ceritanya berhubung besok hari Nyepi, jadi saya mau cepat pulang, saya h

Cerpen 2013 : Best Friend

Best Friend By: Angel on Fire Sebuah pagi. Aku menyeruput kopi pagi sambil berlari-lari menyambar helm. Telat lagi. Sial. Di kantor semua manusia sudah sibuk dengan kerjanya masing-masing. Aku menghidupkan komputer tanpa sapaan pagi dan mulai mengaduk-aduk file yang dari kemarin menunggu dituntaskan. "Pagi , Non.." Devi menyapa. "Pagi.." Jawabku nyengir. "Tadi Pak Jenggo nyariin loh, kangen dia tuh sama you." katanya. "Hiiy.." aku bergidik lalu tertawa. Pak Jenggo itu adalah korlip kami yang kejam. Setiap pagi bibirnya selalu dihiasi dengan repetan yang membuat semua orang tertunduk malu jika mendengarnya. Wajahnya yang sangar dengan jenggot gondrong, tidak sesuai dengan tingkahnya yang melambai. That's why we call him Jenggo. Dan kali ini dia jelas mencariku, dari itu kupastikan aku tidak akan bertemu dia demi kemaslahatan dan keberlangsungan hidupku. "Eh.. sana kerja,, besok deadline !" aku mengusir Dev

Sekolah Alam : Sedikit Keinginan, Secuil Cita-cita (part I)

Dilatarbelakangi oleh fenomena kerusakan alam dan maraknya pencetakan generasi hedon yang telah mendunia, ingin rasanya mewujudkan sebuah keinginan kecil yang belum terpikirkan bagaimana caranya. Yaitu sebuah cita-cita mendirikan sebuah sekolah alam. Selama ini sudah ada beberapa sekolah seperti itu di Jawa, tapi mungkin tidak banyak dan kalaupun ada sekolah itu bukan institusi resmi yang diakui dan terakreditasi. Itu adalah sebuah bentuk institusi resmi yang terdaftar seperti sekolah-sekolah resmi lainnya. Dengan mata pelajaran standar dan kegiatan yang sama. Namun secara kurikulum mungkin berbeda, sebab ada kurikulum wajib yang ditambahkan yaitu pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan cinta alam. Termasuk prinsip konservasi, mencintai hutan, melestarikan pohon, menyelamatkan satwa langka, dan kampanye sadar lingkungan. Jadi,, ah.. non formal aja la ceritanya ya.. Jadi, sekolah ini diperuntukkan untuk meminimalisir pencetakan generasi hedon yang sempat saya sebutkan di postingan seb

Pencinta Alam: Kaum Idealis Palsu

Alam merupakan anugerah yang luar biasa dari Tuhan, dan tanpa bertanya lagi memang sudah kewajiban kita untuk menjaganya. Alam adalah penyumbang terbesar dalam kelangsungan hidup manusia sedang manusia adalah penyumbang terbesar dalam kerusakannya. Manusia modern sepertinya kini tidak ingin lagi pusing memikirkan solusi untuk itu. Sifat konsumerisme manusia yang tidak terbatas membuat rasa tanggung jawab untuk memperbaiki kerusakan itu hilang begitu saja bahkan dianggap tidak pernah ada. Padahal telah sekian banyak lembaga-lembaga yang bersuara lewat berbagai media untuk menjeritkan pelestarian lingkungan, namun telinga-telinga itu seolah-olah tidak mendengar apa-apa. Fenomena dan problematika pelestarian alam pun menjadi kian rumit setelah munculnya lembaga-lembaga mengatasnamakan penggiat alam yang ternyata berprinsip lain. Prinsip lain itu tak lain adalah proyek dan uang. Anda mungkin pernah mendengar atau melihat di media kegiatan-kegiatan berbau pelestarian alam seperti  penana

Sajak Rasa

Telah kau tuliskan bait-bait ajaib pada sejumlah lembaran malam ketika sunyi meradang Sudah kau puisikan semacam mantra berhembus membelit raga pada beberapa masa disana Lalu aku harus apa? Disini beribu tanya menikam menghujam, kala rindu tanpa henti menerjang menjelma, bagai tenung tiada berkesudahan Namun aku bisa apa? Hatimu masihlah hatimu, dan aku tak cukup indah untuk merengkuhnya hanya kelancangan, yang tak juga mungkin untuk mendekapnya Aku tahu sebesit rasa itu ada disana namun aku bisa apa? Medan, 20 Januari 2013 "kepada rasa yang tiada henti mengundang rana"

Pulau Pandang: Cerita Akhir Tahun yang Wow!

Gambar
J adi ceritanya, di postingan sebelumnya saya menyebutkan kalau liburan akhir tahun bakal gagal total kan ya?? Ternyata tidak loh, hehe.. Finally I had an unpredicted holiday! Bersama seorang abang-abang yang kemudian akan kami sebut sebagai guide dadakan, kami merencanakan sebuah liburan ke sebuah lokasi wisata yang bernama Pulau Pandang. Pulau pandang ini terletak di sebelah utara Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara.  Kabar yang kami dengar sebelumnya pulau Pandang itu adalah sebuah surga terpencil dengan panorama yang WOW. Jadi, kami dengan setengah memaksakan diri memutuskan untuk mengumpulkan kawan-kawan dan berangkat kesana. abang guide  Tanggal 30 malam pukul 8, kami mulai membicarakan teknis liburan aneh ini, mulai dari persiapan perencanaan dana, memikirkan waktu, berdebat soal peralatan sampai kepada mengumpulkan koloni masing-masing. Dan setelah beberapa jam berdiskusi, berdebat, ber-ragu-ragu, bertampar-menampar, akhirnya terkumpullah sekitar tujuh orang (bac