pokok kuini (cerpen anak kos)

pokok kuini
Siang itu mentari sedang garang-garangnya menyerang kota Medan, sebagian pejalan kaki mulai melindungi kepalanya dengan apa saja demi menghadang limpahan panas yang menyengat. Dalam bulan ini siang selalu menjadi lebih panas dari biasanya, dan fenomena itu cukup ampuh membuat siapa saja untuk tetap memilih diam di rumah daripada berkeliaran kemana-mana.

Aini mempercepat langkah di gang kecil menuju rumah kostnya, roknya bedebas-debas mengikuti langkah kakinya ketika tangannya menyeka peluh yang meleleh meresap di ujung jilbabnya. Tibalah ia di sebuah rumah besar yang usianya kira-kira tiga kali lipat dari usia pemiliknya. Rumah itu masih menyisakan kemegahan yang disembunyikan zaman, banyak pepohonan yang tumbuh di pekarangannya baik depan maupun belakang tapi tak terlihat bunga-bunga disana, barangkali pemiliknya tak akan sempat mengurusi tanaman-tanaman itu sehingga sengaja tidak ditanam . Berjalan melewati gerbang, Aini mulai mencium semerbak bau kuini yang menggugah dari sebuah pohon kuini yang berdiri di depan sederetan kamar kost.

Benar saja buah kuini memang sedang berbuah dengan lebatnya di atas pohonnya yang jangkung menjulang. Sebenarnya sudah lama kuini itu berbuah, dan setiap malam pasti ada yang jatuh tertiup angin barang satu atau dua buah. Setiap kali terdengar bunyi kuini yang menghantam tanah atau genteng maka mahasiswa-mahasiswa penghuni kos pun pasti berlomba-lomba mendapatkannya. Bahkan mungkin semua penghuni kos ini pernah mencicipi rasa kuini ini sebab kuini itu lumayan sering terhempas dari pohonnya dan menyapa orang-orang yang lewat, tak terkecuali Aini dan pemilik kos ini. Beberapa kali Aini sial karna larinya telah didahului orang lain untuk kuini yang berjatuhan itu. Dia hanya bisa mendengus kecewa saat kembali memasuki kamar.

Siang itu nampaknya Aini sangat menginginkan buah tersebut. Dia bergegas masuk kamar dan mencari Nanda mahasiswa lain penghuni rumah induk kos. Mereka pun berencana memanjat pokok kuini yang menjulang tinggi itu. Buah-buah yang menggiurkan menebar aroma segar ke segala penjuru kost. Pokok kuini ini memang menghasilkan buah dengan kualitas yang lumayan bagus, dan rasa yang sangat segar dan manis, tak ada satu buahpun yang busuk seperti kalau kita beli di pasar.

Disana mereka berdiri, tepat di bawah pokok kuini itu, Aini datang membawa galah (pipa panjang lebih tepatnya, karena saat darurat benda apa saja bisa berubah jadi senjata). Nanda mengambil tangga dan mulai beraksi menjolok buah-buah ranum itu. Satu persatu buah kuini itu tanggal dari batangnya dan terhempas ke tanah, sebagian buahnya retak, lembam dan mengeluarkan aroma yang lebih pekat sehingga mengundang air liur yang menciumnya. Beberapa penghuni kos yang melintas hanya menoleh sejenak dan berlalu.

Setengah jam membajak pokok kuini, Nanda turun tangga dengan wajah bercucuran keringat. Semua kuini telah turun, tak bersisa sebuah pun. Tinggal daunnya yang melambai-lambai di terpa angin. Semua kuini itu dibawa masuk kedalam rumah. Kini tidak ada lagi persaingan merebut kuini yang jatuh. Karena kalaupun ada yang jatuh itu hanyalah daunnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Obat Trigoxin dan Review "Run" (2020)

Review Film: Bahubali, Klasik tapi Asik

Review Film "Share (2019)": Perjuangan yang Keliru