Review Film: Bahubali, Klasik tapi Asik






Come back-nya penulis kali ini akan dimulai dengan membahas film, ya film bollywood acha acha.. hehe..
Meskipun ada stereotype bahwa penggemar film India itu agak kampung tapi ya sudahlah.

Sesungguhnya saya penikmat film bergenre apa saja, yang penting ceritanya menarik.

Nah, pada kesempatan yang berbahagia ini, saya akan membahas film dari negeri India yang berjudul Bahubali.

Bahubali merupakan salahsatu film kolosal India yang menurut saya secara keseluruhan oke, terutama jalan ceritanya. Ada aksi-aksi heroik, romansa yang menggelitik, penghianatan yang pelik juga pembalasan dendam yang apik. Wow, jadi pujangga saya.. wkwkwk.

Yak, kita mulai saja. Film Bahubali yang pertama (Bahubali: The Beginning) diawali dengan adegan seorang wanita yang merupakan ibu suri dari kerajaan Mahismati yakni Shivagami sedang berlari terseok diburu oleh prajurit kerajaannya sendiri. Ia menggendong bayi dan berusaha menyeberangi sungai.

Lalu ia terpeleset dan terjatuh, namun ia mengangkat tangan setinggi-tingginya agar sang bayi tidak tenggelam. Di tengah keputusasaan itu ia berdoa kepada dewa untuk menyelamatkan bayi yang merupakan cucunya itu.

"Wahai Dewa Siwa, silakan ambil nyawaku, tapi bayi ini harus selamat. Mahendra Bahubali harus hidup," begitulah kira-kira yang diucapkannya ketika menghembuskan nafas terakhirnya sementara tangannya tetap terangkat tinggi dan bayi itu selamat. Wah!

***

Pagi harinya penduduk desa menemukan mereka dan mengambil bayi itu sementara ibu suri Shivagami langsung hanyut setelah bayi itu diambil dari tangannya.

Penduduk heran, namun mereka yakin wanita yang tenggelam itu adalah orang penting dari kerajaan yang letaknya jauh di atas desa mereka.

Nah, Mahendra Bahubali kecil dinamai Shiva oleh penduduk yang menemukannya. (Mereka kan gak tahu nama bayi itu Mahendra Bahubali kan ya).

Shiva alias Mahendra pun tumbuh dewasa menjadi pria berkumis. Haha. Ya, gambaran seorang ksatria yang tampan dan baik hati ala ala India lah. Ia mempunyai kekuatan dan keinginan luar biasa loh.

Ia sampai memanjat tebing yang sangat tinggi hanya karena menemukan topeng seorang wanita.

Nah, rupanya gara-gara topeng inilah nantinya si Shiva atau Mahendra ini menemukan jati dirinya.

Topeng itu ternyata milik seorang ksatria perempuan dari kerajaan Kuntala bernama Avantika yang cantik jelita namun terlihat jantan dan tomboy karena terlalu lama di medan perang. Misi mereka membebaskan ratu mereka yang dikurung oleh raja Mahismati, Balladeva selama 25 tahun.

Setelah berkenalan dengan Avantika dengan cara yang tak biasa (di awal berkelahi pedang-pedangan akhirnya nyanyi-nyanyi dan saling jatuh cinta) Shiva pun membantu Avantika untuk menyelamatkan ratu mereka Devasena.

Selama ini pasukan Avantika tidak pernah berhasil memasuki Mahismati, namun Shiva masuk dengan gampangnya dengan kecerdikannya.

Saat memasuki kerajaan, Mahismati sedang akan merayakan ulang tahun sang raja, Balladeva dengan membangun patung emas dirinya setinggi 100 meter. Warga dijadikan budak untuk mendirikan patung tersebut.

Balladeva mendatangi wanita yang diikatnya selama 25 tahun dan membanggakan patung miliknya.

"Kau lihat Devasena, seluruh Mahismati hanya akan mengingat aku, Balladeva. Sementara nama dia, semua orang sudah lupa," katanya dengan tawa khas raja jahat.

Namun apa yang terjadi, ketika patung hampir tumbang Shiva datang menarik tambang dan membantu para budak membuat patung raksasa itu berdiri tegak. Ketika ia menoleh warga terkejut karena wajahnya tidak asing bahkan sangat mereka rindukan.

"Bahubali," ucap seorang budak. Lalu diikuti oleh yang lainnya. Mengucapkan nama Bahubali seperti energi luar biasa bagi seluruh budak hingga mereka seperti mendapatkan kekuatan berlebih untuk mendirikan patung raksasa itu.

Nama Bahubali pun seketika menggema di Mahismati dan membuat Balladev jengkel. Sementara dari kejauhan Devasena tersenyum sinis kepada Bhalladeva pertanda pembalasan segera dimulai. Yang ia tunggu selama 25 tahun akan datang.

"Bernafaslah Mahismati, anakku telah datang," gumamnya.

Benar saja, seorang pemuda yang tak lain adalah Shiva menyelamatkannya dan membawanya lari dari kerajaan tersebut. Namun aksi penyelamatan itu tak berjalan mulus karena sang kepala gudang senjata sekaligus budak seumur hidup kerajaan bernama Katappa mengejarnya.

Katappa terkenal dengan kecakapnnya dalam bertarung di medan perang. Meski ia sudah tua, ia masih ditakuti karena kelihaiannya dalam berperang.
Di sisi lain, anak raja Balladeva bernama Badra juga turut mengejar Shiva.

Baik Katappa maupun Bhadra tetap mengejar Shiva namun kecakapan Shiva dalam bertarung mengalahkan kedua orang tersebut.

Namun sayang Devasena berhasil ditangkap oleh Bhadra dan bahkan Bhadra memukuli devasena.

Melihat Devasena dipukuli darah Shiva pun mendidih ia segera mengejar Bhadra dan berusaha membunuhnya.

Usahanya membunuh Bhadra dihalangi oleh Katappa yang memang bertugas melindungi anggota kerajaan meskipun nyawa menjadi taruhan.

Begitupun Shiva berhasil membunuh Bhadra dan memenggal kepalanya. Hal itu membuat Katappa marah dia pun mengambil tombak dan akan membunuh Shiva namun ketika Shiva menoleh ia terkejut karena yang dilihatnya adalah Bahubali.

Ia pun berteriak gembira pertanda penbalasan akan segera bermula.

"Bahubali!!!" teriaknya gembira yang membuat para prajurit terpana dan jatuh berlutut termasuk Avantika dan pasukan kerajaan Kuntala yang tersisa.

Katappa pun meletakkan kaki Shiva alias Mahendra Bahubali itu ke atas kepalanya pertanda pengabdian budak abadi.




Sementara Devasena tersenyum lega karena anaknya yang dinanti selama 25 tahun dalam penderitaan dan siksaan raja lalim Bhalladev telah datang.

Sementara Shiva bingung, mengapa semua berlutut. Mengapa kakek tua itu bersikap demikian, mengapa si ibu yang diselamatkannya itu seperti tidak asing.

"Ada apa ini? Siapa Bahubali," tanyanya.

"Engkaulah Bahubali, Mahendra Bahubali, anak dari Amarendra Bahubali penyelamat kami. Engkaulah obat bagi penderitaan ibumu Devasena yang disiksa selama 25 tahun," jawab Katappa.

***

Kemudian berceritalah Katappa tentang Amrendra Bahubali yang merupakan putera mahkota kerajaan besar Mahismati. Bahubali tak hanya cakap dalam berperang, ia juga menanamkan cinta terhadap siapa saja yang ditemuinya. Sehingga seluruh rakyat Mahismati mencintainya bagaikan Tuhan.

Berbeda dengan Bhalladeva anak kandung ibu suri Shivagami yang berambisi menjadi raja. Ia hanya mengutamakan peperangan dan kemenangan tanpa menghiraukan keselamatan warga.

Sehingga Shivagami dan rakyat Mahismati lebih memilih Bahubali sebagai raja. Oh iya, Bahubali ini anak dari adik Shivagami yang dulunya juga seorang raja di Mahismati. Jadi sebenarnya pewaris tahta memang Bahubali. Namun, karena ingin adil, Shivagami juga mencalonkan Bhalladeva menjadi raja dalam persaingan sehat dengan Bahubali.

Kalau dilihat dari ceritanya, Shivagami menyayangi Bahubali bagai anak sendiri begitu pula sebalikanya. Bahubali sangat menyayangi Shivagami.

Namun itu semua berubah saat Bahubali jatuh cinta dengan seorang putri kerajaan Kuntala bernama Devasena (ini diceritakan di seri kedua yakni Bahubali: The Conclusion).

Bahubali dan Devasena


Masalahnya, Bhalladeva mengetahui Bahubali menyukai Devasena maka dengan cara licik ia menjebaknya.

Ia mengatakan duluan kepada Shivagami bahwa ia menyukai Devasena, sehingga Shivagami segera mengirimkan lamaran kepada putri cantik itu.

Devasena menolak karena ia menyukai Bahubali. Lalu Shivagami memerintahkan Bahubali membawa Devasena sebagai tawanan dan itu dilakukan Bahubali dengan berjanji terlebih dahulu untuk menjaga kehormatan Devasena. 
Malang, Bahubali mengira Devasena dibawa untuk dijadikan istrinya. Ia tidak tahu Devasena dibawa untuk Bhalladeva.

Hasilnya, Devasena pun menolak dan berkata lantang didepan Shivagami. Tersinggung, Shivagami menyuruh prajurit memaksa Devasena berlutut. Namun sebelum prajurit bergerak Bahubali berdiri didepan Devasena dan mengancam akan membunuh siapa saja yang menyentuh wanita yang dicintainya itu.

Nah, ini nih konflik ibu mertua dan menantu dimulai.

Shivagami terkejut dan menganggap Bahubali melawan kehendaknya. Padahal selama ini Bahubali tunduk bahkan setiap perkataan ibunya selalu dianggap perintah yang tak boleh dibantah.

Akhirnya, dalam kemarahan ia menyuruh Bahubali memilih Devasena atau mahkota raja Mahismati. Bahubali pun memilih Devasena.

 Yah begitulah upaya licik Bhalladeva pun berhasil. Ia yang akan menjadi raja kerajaan agung tersebut. Dan Bahubali hanya menjadi senapati atau pemimpin pasukan pengawal raja.

Tak sampai disitu, saat Devasena sedang mengandung Bhalladeva pun memecat Bahubali dari jabatannya sebagai Senapati.

Tak puas membebastugaskan adiknya, Bhalladeva pun mengusirnya dari kerajaan karena memenggal kepala Senapati yang baru karena melecehkan Devasena.

Bahubali dan istrinya pun tinggal di desa. Warga desa bergembira menyambut mereka. Bagi mereka tidak ada yang lebih membahagiakan selain tinggal berdekatan dengan Bahubali.
Melihat sambutan warga kepada Bahubali, Bhalladeva pun masih tak puas. Ia ingin membunuh adiknya tersebut.

Dengan manipulasi, fitnah dan jebakan yang keji Bhalladeva berhasil membuat Shivagami marah dan memerintahkan sang budak abadi Katappa untuk membunuh Bahubali, anak kesayangannya.

Dalam ketidakberdayaan, Katappa membunuh murid kesayangannya, Bahubali dengan tangannya sendiri. Tiba-tiba Bhalladeva datang dan mencabik-cabik tubuh Bahubali sambil tertawa dan mengoceh atas keberhasilannya memperdaya Shivagami. Katappa terkejut karena semua ini ternyata rencana jahat Bhalladeva.



Dengan penyesalan yang mencapai ubun-ubun ia mendatangi Shivagami dan menceritakan bahwa mereka telah diperdaya Bhalladeva. Pada saat yang sama datanglah Devasena yang baru melahirkan anaknya ke hadapan Shivagami untuk mengetahui keadaan suaminya.

Shivagami bersimpuh di kaki menantunya itu dan menyatakan diri berdosa telah membuat Bahubali terbunuh. Lalu ia mengangkat anak Bahubali, Mahendra Bahubali sebagai raja Mahismati.

Ibu suri Shivagami mengangkat bayi Mahendra menjadi raja Mahismati


Bhalladeva dan pendukungnya pun mencoba membunuh Shivagami dan bayi Mahendra. Namun Shivagami lolos dan lari ke sungai.

***

Mendengar cerita Katappa darah Shiva alias Mahendra Bahubali pun mendidih dan merencanakan pembalasan dendam ayah ibu serta neneknya dan melakukan perebutan tahta Mahismati.

Dalam peperangan itu Mahendra bertarung dengan Bhalladeva dan berhasil membuatnya terbakar di tungku api.

Bahubali dan Bhalladeva


***
Menurut saya film ini lumayan membuat baper penontonnya. Terutama saat scene Bahubali diusir dan ketika Bahubali terbunuh, lumayan menguras air mata.

Dan seperti khas nya film Bollywood kejahatan terbayar tunai dengan kembalinya tokoh pahlawan tersebut.

Meski kadang adegannya tak masuk akal ala anak muda India yang bisa mengalahkan 100 orang sendirian, tapi aksi-aksi heroik Bahubali berhasil membuat saya terpukau.

Begitupun dengan kisah-kisah asmara yang singkat sukses membumbui film ini agar penontonnya baper. Bagaimana seorang pria membela kekasihnya sampai akhir hayat dan menyayangi ibundanya meski sudah tidak dianggap anak lagi ini cukuplah membuat mata berkaca-kaca.

Oh iya, film ini aslinya bukan berbahasa Hindi namun Telugu. Aktor dan aktrisnya juga Telugu. Namun sudah tersedia dubbing Hindi dan Tamilnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Obat Trigoxin dan Review "Run" (2020)

Review Film "Share (2019)": Perjuangan yang Keliru