Monster Yang Tak Diinginkan

Anda tahu seperti apa rasanya menjadi monster? Anda pernah merasakan menjadi orang yang tidak diinginkan bahkan oleh orang terdekat sekalipun? Ya, mungkin rasanya anda akan lompat ke jurang untuk sekedar protes ke Tuhan kenapa anda tidak diterima, kenapa mereka menolak anda.

Pernahkah anda membayangkan ketika orang yang begitu peduli kepada anda bahkan akan mengingatkan untuk kekeliruan terkecil sekalipun malah menjadi orang yang paling tidak menginginkan anda? Persetan dengan semua masalah anda dan apa yang terjadi pada anda? Ketika anda berharap akan bisa melengkapi kehidupannya dan meskipun secara tidak sempurna anda telah berniat mendedikasikan hidup anda untuknya dan orang-orang yang dicintainya ia ternyata tidak memperhitungkan kehadiran anda? Menjauhi dan menyakiti anda perlahan seolah ia tidak menyadarinya, bahkan anda tahu persis dia bukanlah orang seperti itu. Anda dalam bahaya.

Anda pernah mengerti ketulusan? Seandainya orang yang anda cintai dengan tulus malah tidak mengharapkan anda menjadi apa-apa, apa yang anda lakukan? Pergi? Protes lagi pada Tuhan?
Ya, memang Tuhanlah tempat protes terbaik, sebab apa, tidak akan ada manusia yang paham betul dengan apa yang anda rasakan. Tuhan tidak akan pernah berkata kamunya saja yang bodoh, rasakanlah. Tuhan tetap jadi objek pengaduan yang abadi.

Anda merasa tidak nyaman kepada satu orang, katakan langsung padanya. Apapun jawabannya itu resiko. Yang penting anda tahu kebenarannya. Itu saran-saran yang saya baca di rubrik-rubrik tips menjalin hubungan yang baik dengan orang terdekat di beberapa situs internet juga koran.

Lalu, ketika anda merasa tidak diinginkan apa anda cukup percaya diri mengungkapkannya kepada orang-orang di sekitar anda? Lalu kemana anda lari? Ya, benar. Tuhan.

Tuhan memang tempat pelarian efektif untuk urusan perasaan khususnya bagi wanita. Kadang, wanita tidak cukup kuat untuk menerima kenyataan dengan memastikan apa-apa yang akan terjadi dengan orang-orang terdekatnya. Namun, dengan Tuhan, ia dengan lugas ungkapkan semua walau bersimbah air mata. Wanita kadang lebih senang menyembunyikan susahnya ketika ia merasa tidak diinginkan.

Ketika orang berkata ini bukan akhir dari segalanya, atau kamu bisa lebih baik dari ini, kadang-kadang wanita tidak samasekali mendapat makna perkataan tersebut. Ia semakin ambruk dalam kubangan kesedihannya.
"Hey, this is not the end of the world, come on, girl, you can much better than this," ucap para sahabat. Namun, biasanya saat itu yang ia inginkan kata-kata itu diucapkan oleh orang yang dia inginkan. Lalu berceritalah dia dengan orang-orang dia ingin ini itu dari orang yang diharapkannya. Lalu para sahabat berkata dan tiada henti mencercanya dengan kebodohannya.
"You are very very stupid, just move on!" itu kata-kata yang akan ia dengarkan setiap kali ia mulai menyedihi nasibnya.



Disitu permasalahannya, kadang sedetail apapun ia mencoba menjelaskan, orang-orang tidak akan mengerti, atau hanya pura-pura mengerti mengangguk dan mengelus-elus pundaknya. Tapi sebenarnya tidak. Mereka hanya menonton. Hanya menonton dan pura-pura miris melihat nasibnya. Jadi ada benarnya jika dulu ada yang berkata tidak ada yang bisa membantu dirimu selain dirimu. Percayakan itu kepada kemampuanmu membentuk imun penangkal sakit ketika yang kau harapkan tidak pernah menjadi kenyataan.

Kadang ia berusaha tegar dengan mengumpamakan dirinya sebagai orang lain yang memiliki kekuatan super atau sejenisnya. Pelarian itu berhasil! Sementara. Beberapa saat kemudian ia kembali akan terpuruk. Kadang ia berharap tidak pernah menjadi dewasa, sebab dunia anak-anak sangat polos dan berwarna.

"Kadang aku merindukan menjadi anak-anak seperti dulu dimana disaat aku terjatuh yang luka adalah kakiku bukan hatiku," tulis seorang sahabat di akun media sosialnya. Itu benar adanya, ada saatnya wanita ingin lari, ingin hilang, ingin terbang.

Menjadi monster seperti yang anda pikirkan itu adalah bagian dari frustasi dan keputusasaan. Namun tidak dapat dipungkiri itu selalu ada. Apalagi jika anda memiliki orang terdekat dan anda merasa terasing, itu biasa. Jika anda ingin meluahkan perasaan anda, mengadulah pada Tuhan, anda bisa mengadu sepuas hati dan memarahinya. Dengan mengadu pada Tuhan anda tetap berpijak di alam nyata bukan khayalan. Mengadu pada Tuhan akan menimbulkan perasaan bersalah dan pasrah dengan sendirinya. Percayalah, anda bisa melewatinya meskipun dengan sakit-sakitan. Malaikat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Obat Trigoxin dan Review "Run" (2020)

Review Film: Bahubali, Klasik tapi Asik

Review Film "Share (2019)": Perjuangan yang Keliru