Sekolah Alam : Sedikit Keinginan, Secuil Cita-cita (part I)

Dilatarbelakangi oleh fenomena kerusakan alam dan maraknya pencetakan generasi hedon yang telah mendunia, ingin rasanya mewujudkan sebuah keinginan kecil yang belum terpikirkan bagaimana caranya. Yaitu sebuah cita-cita mendirikan sebuah sekolah alam. Selama ini sudah ada beberapa sekolah seperti itu di Jawa, tapi mungkin tidak banyak dan kalaupun ada sekolah itu bukan institusi resmi yang diakui dan terakreditasi.

Itu adalah sebuah bentuk institusi resmi yang terdaftar seperti sekolah-sekolah resmi lainnya. Dengan mata pelajaran standar dan kegiatan yang sama. Namun secara kurikulum mungkin berbeda, sebab ada kurikulum wajib yang ditambahkan yaitu pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan cinta alam. Termasuk prinsip konservasi, mencintai hutan, melestarikan pohon, menyelamatkan satwa langka, dan kampanye sadar lingkungan.

Jadi,, ah.. non formal aja la ceritanya ya.. Jadi, sekolah ini diperuntukkan untuk meminimalisir pencetakan generasi hedon yang sempat saya sebutkan di postingan sebelumnya. Sebab pencinta alam telah dianggap gagal menghasilkan kader-kader yang rela mati demi melestarikan alam. Dari itu disekolah ini doktrin itu harus ditanamkan sejak dini. Mari kita berandai-andai sejenak, kita anggap sekolah itu sudah ada.

Sekolah ini terdiri dari SD, SMP dan SMA. Dengan pelajaran yang standar seperti halnya sekolah lain, sekolah ini akan berjalan sebagaimana mestinya sekolah umum. Namun ternyata ada kegiatan-kegiatan yang tidak diajarkan di sekolah lain. Sejak SD mereka sudah diperkenalkan dengan mata pelajaran "Kerusakan Alam" yang mungin akan diselipkan dalam pelajaran IPA, dan "Prinsip dasar konsevasi".
Dari kecil mereka sudah diajarkan mencintai alam, pohon-pohon, hewan-hewan sebagai anugerah tuhan yang luar biasa. Untuk itu kegiatan belajar-mengajar tidak hanya dilaksanakan dalam kelas, melainkan outdoor learning yang diadakan setiap hari jumat dan sabtu. Tidak menutup kemungkinan mereka belajar di alam bebas dengan bentuk kegiatan lintas alam, jelas mereka akan lebih sering camping.hehe. Tapi untuk anak SD campingnya mungkin disekitar sekolah atau bumi perkemahan saja. Mereka mulai diajarkan bagaimana semestinya mengolah sampah menjadi barang yang bisa digunakan lagi dan yang paling penting mereka diajarkan untuk tidak melakukan perusakan-perusakan dalam hal sekecil apapun. Dengan metode belajar yang lebih fun seperti dengan menonton film kartun yang berisi pesan-pesan lingkungan dan menyuruh mereka membuat poster tentang pelestarian lingkungan yang nanti akan dipajang di dinding kelas atau di dinding kamar masing-masing. tujuannya agar mereka mengerti kerusakan lingkungan itu seperti apa dan pelestarian lingkungan itu apa maksudnya dan apa gunanya. Jadi gurupun tidak hanya coa-coa dalam kelas yang malah nantinya dianggap ceramah. Tunjukkan ke mereka itu bahwa alam sekarang sudah kronis dan mereka perlu dan harus tahu itu sejak dini.

Untuk SMP pelajaran mulai dispesifikkan kepada pengenalan ilmu-ilmu dasar pencinta alam, seperti pengetahuan membaca peta dan kompas, mountenearing, survival, prinsip konservasi dan wilayah-wilayah konservasi, daur ulang, PPGD, Fotografi dan jurnalistik. Mereka wajib membuat kegiatan yang berprinsip konservasi dua bulan sekali.
Mereka juga diminta mengumpulkan sebanyak-banyaknya artikel-artikel tentang kerusakan lingkungan dan menulis sebanyak-banyaknya tentang kerusakan lingkungan. agar mereka itu melek dan mengetahui, ternyata seperti ini loh alam kita itu sudah sebegini hancur loh.
Perlu dicatat kegiatan outdoor juga merupakan sarana membangun karakter siswa. Jadi selama kegiatan outdoor guru wajib menanamkan doktrin cinta alam dan dengan sedikit memaksa harus menjadikan mereka se-idealis mungkin.

SMA adalah puncak semua materi dan tujuan akhir sekolah ini, artinya setidaknya anak kelas 2 SMA adalah orang-orang yang sudah terbentuk karakternya sedemikian rupa yaitu idealis dan bahkan rela mati demi memperjuangkan alam. Dan pastinya sudah menguasai semua materi pencinta alam secara mendalam. Mereka juga harus sudah mampu membina dan membimbing adik-adik mereka yang SMP dalam mengadakan kegiatan-kegiatan rutin pelestarian lingkungan. Mereka juga harus sudah bisa untuk tidak menggunakan produk-produk yang menyumbang pada global warming. Mereka juga diajarkan bagaimana menghadapi birokrasi dan aturan hukum kepecinta-alaman.
Bayangkan sekelas anak SMA,cen-cen tapi sudah bisa tegas mengatakan TIDAK pada kebijakan yang tidak menguntungkan alam! Inilah generasi yang kita tunggu-tunggu. Sosok muda yang cerdas, tidak pernah mengeluh dalam kesulitan, berdarah pejuang dan tidak HEDONIS.

Untuk geografis sekolah, sekolah ini berada ditengah kota disebuah area yang agak luas dengan banyak pohon disekelilingnya. Jadi lebih terlihat seperti sekolah ditengah hutan dan sekolah ini akan menjadi sekolah paling asri dimuka bumi.hehe.. Namun pastinya dilengkapi dengan fasilitas lengkap dan canggih. Tapi ada satu kekurangannya, tidak ada tempat parkir mobil dan sepeda motor. Ya, sebab tidak dibenarkan masuk ke sekolah dengan kendaraan bermotor. Satu-satunya kendaraan yang diizinkan adalah sepeda. Tidak ada AC melainkan jendela-jendela super besar yang mengakomodir pergantian udara ke dalam kelas. Dan tidak ada sampah yang berserak, sebab ada denda mahal yang menanti bila ada yang berani menjatuhkan sampahnya di bumi sekolah ini.
Seragam sekolah biasa saja, bahkan ada pakaian lapangan yang dipakai setiap hari Jumat atau Sabtu untuk kegiatan outdoor. Sebuah perpustakaan besar dan dengan buku-buku yang menarik juga terdapat di sekolah ini.
Sekolah ini pasti akan sering ramai, sebab akan sangat sering kegiatan diadakan termasuk kampanye lingkungan. Dari itu semua siswa harus hafal tanggal-tanggal penting lingkungan. Siswa juga dituntut untuk bisa menghasilkan produk-produk menarik yang berasal dari olahan sampah, yang kemudian akan ditampilkan di bazaar produk daur ulang. Buku-buku juga berasal dari hasil daur ulang sampah.

Kegiatan-kegiatan akan lebih berbau kampanye lingkungan, aksi bersih hutan, sungai, pantai dan penanaman yang mana sekolah ini sudah memiliki bank pohon sendiri.Kegiatan-kegiatan adventure juga tetap dijalani, susur gua, susur pantai, rock climbing. Bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa akan lahir atlet-atlet rock climbing dari sekolah ini.
Jurnalistik juga diajarkan kepada siswa agar nantinya mereka bisa menulis kegiatan, aspirasi dan pengalaman-pengalaman baik dalam bentuk laporan ataupun artikel. Tim Jurnalis sekolah akan berperan penting dalam publikasi kegiatan-kegiatan yang diadakan di sekolah ini.

Aduuh,, kalau berandai-andai seperti ini rasanya gimanaaa gitu. Saya merasa sudah berada di sekolah tersebut.hihihi.. Tapi saya tahu betul ini perlu perwujudan yang nyata, tapi untuk sementara kita cari-cari dulu jalannya kekmana mau mewujudkannya..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Obat Trigoxin dan Review "Run" (2020)

Review Film: Bahubali, Klasik tapi Asik

Review Film "Share (2019)": Perjuangan yang Keliru